46 Tahun Mahasurya

PERJUANGAN MENGHADAPI TANTANGAN DAN MENCAPAI HARAPAN
( Wawancara dengan Tabloid "Teduh" )



Tepat pada tanggal 1 Juni nanti, Resimen Mahasiswa ( Menwa ) "Mahasurya akan genap berusia 46 tahun. Suatu masa pengabdian yang cukup panjang dari para wakil mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Jawa Timur, generasi demi generasi untuk berperan serta dan berjuang dalam tugas-tugas pertahanan negara.

Menwa beranggotakan para mahasiswa yang merasa terpanggil untuk membela negara dengan konsep milisi (kekuatan bersenjata), sebagai konsekuensi logis pasal 30 dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945). Menwa dibentuk dan diorganisir secara kewilayahan pada setiap Provinsi dan sebagai Satuan Resimen Mahasiswa (Satmenwa) di Perguruan Tinggi.


Kolone Senapan Siswa Suskalak Menwa XXVI TA 2010
Dodik Bela Negara, Malang, Jawa Timur

Selama ini Menwa telah disusun sebagai kekuatan rakyat terlatih dengan kemampuan ganda sebagai unsur perlawanan rakyat (wanra) dan unsur pertahanan sipil (hansip). Sedangkan pembinaannya dilakukan oleh 3 Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah.

Sebagai suatu kekuatan strategis, Menwa diorganisir dalam struktur manajemen militer, yang mana hal ini merupakan suatu upaya untuk menyelaraskan dan mensinergikan setiap kegiatan maupun koordinasi yang dilakukan Menwa dengan Tentara Nasional Indonesia /TNI (dulu, Angkatan Bersenjata Republik Indonesia/ABRI) serta instansi terkait di bidang pembinaan perlindungan masyarakat dan pertahanan sipil.

Sistem organisasi dan manajemen militer yang dipergunakan oleh Menwa merupakan faktor penting bagi mobilitas dan efektifitasnya untuk memberikan dukungan berupa bantuan tempur maupun bantuan administrasi bagi TNI selaku komponen utama pertahanan. Di sisi lain, hal ini juga berguna dalam melakukan dukungan bagi fungsi perlindungan masyarakat, seperti penanggulangan bencana alam, upaya pencarian dan penyelamatan korban bencana atau kecelakaan, penanganan kebakaran dan lain-lain.



Pelatihan penggunaan Landing Craft Rubber/LCR 
( Perahu Karet ) di Pantai Sendang Biru, Malang Selatan, Jawa Timur


Selain itu sebagai suatu organisasi yang berkedudukan di Perguruan Tinggi Menwa menjadi salah satu sarana belajar mengajar yang efektif di bidang manajemen dan kepemimpinan bagi mahasiswa. Salah satu kelebihan menonjol dari organisasi ini adalah sebagai satu-satunya organisasi kemahasiswaan yang dikelola dengan model "manajemen langsung" ( direct management organization), di mana keputusan yang diambil merupakan otorisasi langsung dari unsur- unsur pimpinan di setiap tingkatan organisasi (bukan keputusan kolektif), yang tentunya membutuhkan kematangan tersendiri bagi figur ”si pemimpin” dalam proses pengambilan keputusan. Di sinilah watak kepemimpinan dibentuk dan dibina melalui berbagai proses pelatihan maupun kegiatan nyata dari organisasi.

Bentuk Khas Organisasi Setingkat Resimen

Dalam istilah militer umum, pengertian Resimen (disingkat ”Men”) adalah suatu satuan berkekuatan lebih dari 1 batalyon, namun tidak lebih banyak dari jumlah batalyon dalam suatu Brigade. Resimen dan Brigade diorganisir dalam satu satuan yang disebut Divisi, di mana dalam 1 divisi akan terdapat sejumlah Brigade dan Resimen. Dalam praktiknya di sejumlah negara, termasuk di Indonesia, organisasi Resimen biasanya dikembangkan untuk memiliki fungsi pembeda dari organisasi Brigade. Di Indonesia, fungsi Resimen selain sebagai unsur pelaksana pendidikan, juga  sebagai unsur bantuan dalam Divisi, baik itu berupa bantuan tempur (banpur) maupun bantuan administrasi (banmin), sedangkan Brigade merupakan unsur utama dalam Divisi dengan tugas pokoknya bertempur. Di satuan TNI manapun, setiap unsur bantuan, sudah tentu akan diorganisir dalam satuan setingkat Resimen dan bukan Brigade, contoh Resimen Bantuan Administrasi Marinir dan Resimen Artileri Pertahanan Udara.


 Inspeksi KASAD, Jenderal TNI Wiranto
Lapangan Kodam V Brawijaya, Surabaya, Jawa Timur 1998



Sementara itu, pembentukan Menwa sejak awalnya dikehendaki untuk menjadi satuan cadangan kewilayahan bagi kekuatan pertahanan, yaitu TNI (dulu, ABRI) dengan porsinya selaku potensi bantuan tempur maupun administrasi, karena ciri khasnya sebagai insan pendidikan di perguruan tinggi. Oleh karena itu dipilih bentuk organisasi Resimen dan berkedudukan di Provinsi  (dulu, Daerah Tingkat I Propinsi) untuk dapat dibina dan diberdayakan, sehingga setiap saat dapat diperbantukan pada satuan militer setingkat Divisi di wilayah provinsi, dalam hal ini Komando Daerah Militer (Kodam) selaku komando wilayah pertahanan teritorial darat.


Oleh karena itu terdapat Satuan Setingkat Resimen di wilayah Provinsi dan ada Satuan Setingkat Batalyon di wilayah Kota/Kabupaten, yang dalam pengaturan KB 3 Menteri tahun 1994 disebut sebagai ”Sub Menwa” serta ada sejumlah satuan tanpa kekuatan tetap yang menjadi sumber daya personil bagi Sub Menwa, yang disebut sebagai Satuan Resimen Mahasiswa (Satmenwa) berkedudukan di Perguruan Tinggi.

 
Eksistensi Menwa Mahasurya

Menwa ”Mahasurya” Jatim merupakan bagian dari Korps Menwa Indonesia yang diresmikan pembentukannya pada tanggal 1 Juni 1964 di Surabaya, Jawa Timur oleh Menteri Koordinator Bidang Pertahanan dan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata (Menko Hankam/Kasab), Jenderal TNI Abdul Haris Nasution. Dibentuknya Menwa di Jawa Timur tidak terlepas dari kebijakan nasional saat itu yang menghendaki diadakannya suatu wadah milisi cadangan di lingkungan pendidikan tinggi untuk membantu tugas-tugas pertahanan negara.



 Jenderal Besar TNI Dr. H. Abdul Haris Nasution


Pada usia ke-46 ini, tantangan yang akan dihadapi oleh Menwa ”Mahasurya” dalam tugas-tugas pertahanan di masa mendatang tidak dapat dipandang ringan, utamanya jika dikaitkan dengan proses ”reformasi pertahanan negara” yang masih belum tuntas sepenuhnya. Sejumlah kebijakan pemerintah setingkat undang-undang di bidang pertahanan negara hingga saat ini masih gagal memenuhi target program legislasi nasional ( prolegnas ) sejak masa legislasi 2004-2009 hingga masa legislasi 2010 ini. Tentunya ini sangat menyulitkan upaya-upaya pemerintah untuk melakukan konsolidasi dan pembenahan berbagai komponen pertahanan negara, baik di pusat maupun di daerah.

Kepada Tabloid Teduh, Komandan Menwa (Danmenwa) ”Mahasurya”, Drs. Taufiqrachman, M.Si. menyampaikan, bahwa skala prioritas pengembangan potensi Menwa di Jawa Timur adalah berusaha sekuat tenaga untuk lebih eksis dalam tugas-tugas pemberdayaan masyarakat di bidang kesejahteraan serta merevitalisasi upaya-upaya pemasyarakatan bela negara dengan berbasis kesadaran dan kearifan sosial dari masyarakat itu sendiri. Menwa akan berperan selaku motivator dan dinamisator.

Penentuan skala prioritas ini, tidak terlepas dari kebijakan ”reformasi pertahanan negara” itu sendiri, yang telah menetapkan pola pendekatan pembangunan pertahanan negara saat ini, dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu pendekatan kesejahteraan dan pendekatan pertahanan itu sendiri.

 Danmenwa Mahasurya, Drs. Taufiq Rachman, M.Si. dengan 
Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Suwarno, S.I.P., M.Sc.


Sebagai contoh sederhana, Danmenwa yang sehari-harinya juga menjabat sebagai Kepala Unit Pelayanan Teknis Panti Rehabilitasi Anak Nakal dan Korban Napza        (UPT Panti ANKN) Dinas Sosial Jatim ini, menyampaikan, ”Kita bayangkan saja orang gelandangan yang tadinya tidak pegang uang sama sekali, maka dia tidak pernah bingung tidur di manapun, karena tidak ada sesuatu yang bisa dirampok. Namun begitu dia diberi santunan sebesar Rp. 300.000 saja, maka mulai dia bingung terhadap keamanan uangnya, sehingga mulai mencari cara untuk mengamankannya.”

”Itu menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan seseorang turut berpengaruh pada perilaku dan penyikapannya terhadap masalah pertahanan dan keamanan dirinya sendiri. Melalui pendekatan kesejahteraan diharapkan akan tumbuh kesadaran bagi masyarakat, bahwa pertahanan bukan lagi sekedar sebagai hak dan kewajiban, melainkan sudah meningkat menjadi sujatu kebutuhan,” imbuhnya.
Untuk mewujudkan skala prioritas tersebut, Danmenwa juga akan memaksimalkan peran serta Alumni Menwa di Jatim untuk memperkuat dukungan, baik operasional, moril maupun materiil bagi setiap olah kemampuan adik-adik Menwa di setiap medan pelaksanaan tugas. Pria yang termasuk alumnus Menwa dan pernah aktif di Satmenwa Universitas Dr. Soetomo (Unitomo), Surabaya ini, sangat yakin bahwa potensi alumni Menwa yang telah tersebar pada berbagai ragam profesi di masyarakat akan berperan sangat signifikan dalam pemberdayaan Menwa di bidang pertahanan negara. Tercatat di sini, Gubernur Jatim, Dr. Soekarwo, juga merupakan alumnus Menwa Mahasurya.


Gubernur Jawa Timur Dr. H. Soekarwo
merupakan seorang alumnus Menwa



Peringatan HUT Menwa Mahasurya ke 46 nanti, akan menampilkan berbagai kegiatan yang akan menjadi modul bagi anggota Menwa dan Alumni Menwa di Jatim untuk merevitalisasi dan mereposisi jenis-jenis kegiatan Menwa yang akan diselaraskan dengan 2 kebijakan pendekatan pertahanan tersebut. Sebut saja mulai validasi administrasi Satmenwa se-Jatim, layanan kesehatan gratis bagi masyarakat hingga pembinaan kewirausahaan bagi mahasiswa dan pembinaan mental kejuangan.

Harapan terpenting bagi Mahasurya di masa mendatang adalah, bahwa peran serta Menwa dan Alumni Menwa di Jatim dalam kegiatan pembangunan di Provinsi Jawa Timur, khususnya pada sektor pertahanan negara akan senantiasa memberikan manfaat langsung bagi seluruh lapisan masyarakat melalui pendekatan kesejahteraan dan pertahanan itu sendiri. Dengan demikian bidang pertahanan negara bukan lagi menjadi sesuatu yang bersifat eksklusif bagi masyarakat luas.

Bapak/Ibu/Saudara dapat berpartisipasi donatur dalam kegiatan ini. Kami sangat menghargai seberapa besarpun Bapak /Ibu/Saudara berkenan memberikan partisipasi dalam kegiatan ini dan itu sangat besar sekali nilainya bagi kami.
Lihat mekanisme donasi